Jumat, 01 Juli 2016

Film The Tower (2012) menurut Sudut Pandang K3





Ulasan kali ini berdasarkan film The Tower (2012) yang disutradarai oleh Kim Ji Hoon yang terinspirasi dari film Holywood tahun 1974: The Towering Inferno.

Dalam film ini, kita akan belajar banyak hal terkait K3, terutama K3 pada Gedung Bertingkat.

Film ini menggambarkan bagaimana sekelompok orang yang mencoba bertahan dan menyelamatkan diri dalam bencana hebat yang menimpa gedung pencakar langit: Tower Sky dengan ketinggian 120 lantai (terdiri dari 2 menara yang dihubungkan Sky Bridge) pada saat perayaan Christmas Eve.

Pemilik Gedung berinisiatif memberikan hadiah terindah pada tamu VIP, diluar imajinasi mereka, yakni menurunkan salju buatan dengan bantuan 10 helikopter. Namun, diluar dugaan, acara besar tersebut berubah menjadi petaka seketika dikarenakan kondisi alam yang tidak bersahabat.

ALUR CERITA DAN ULASAN K3

1. Diawali dengan kebakaran pada 1 kompor, api menjunjung tinggi dan akhirnya memecahkan sensor sprinkler. Aktivasi sprinkler mengirimkan sinyal hingga ke Pemadam Kebakaran Pusat. Namun, dikarenakan ketiadaan ketersediaan air, maka sprinkler tidak berfungsi. 
    • Manager Dapur berpendapat: permasalahan terletak pada desain bangunan. Dapur terdiri banyak kompor dan tentu saja ruangan diinisasi oleh panas. 
      • Pertanyaan: apakah detektor yang dipasang sudah sesuai? Yang tepat adalah fixed temperatur detector
      • ada beberapa jenis detektor:
        • Rate of Rise (ROR) Heat Detector
          • mendeteksi kenaikan temperatur secara cepat meski masih berupa hembusan panas
          • Umumnya aktif pada: 55-63 derajat celcius dan membunyikan alarm bel kebakaran
          • lebih tepat pada ruangan: kantor, kamar hotel, rumah sakit, ruang server, ruang arsip, gudang pabrik
        • Fixed temperatur detector
          • mendeteksi pada kenaikan temperatur yang langsung tinggi
          • lebih tepat pada ruangan: genset, basement, dapur foodcourt, gudang beratap asbes, bengkel las
          • jika pada ruangan diatas dipasang ROR, maka akan terjadi false alarm karena dengan hembusan panas saja saklar bi-metal akan kontak
        • Smoke detector
          • mendeteksi asap
          • ada yang menggunakan sensor cahaya: photoelectric. kelemahan: alarm palsu disebabkan oleh debu
          • sensor dengan metode ionization chamber. kelemahan: setelah habis penggunaannya, detektor dikatagorikan imbah radioaktif karena terdapat ameresium
        • Flame detector
          • sensitif terhadap radiasi sinar ultraviolet, yang ditimbulkan oleh nyala api, tetapi tidak bereaksi terhadap lampu ruangan
          • tipe sensor:optik, ionisasi dan thermocouple
http://projectmedias.blogspot.co.id/2013/11/jenis-jenis-detector-pemadam-kebakaran.html
    • Manager Keamanan : penyebabnya adalah tidak adanya air
      • Root cause: penyumbatan pada pengaruh eksternal. Pembekuan pipa, sehingga peralatan sprinkler dari lantai tingkat 60-80 tidak terisi air
      • Solusi: penambahan jumlah alat pemadam kebakaran selama renovasi pipa
      • Dalam Permen No 04/1980 Bab II: Pemasangan - setiap 15 meter harus ditempatkan satu APAR
        • Tanggapan: pengabaian oleh Kepala Keamanan

2. Asisten direksi memberitahukan akan adanya angin kencang (aliran udara tinggi). Namun, dikarenakan ini adalah acara besar, maka Direktur mengabaikan hal tersebut

    • Upaya: Perintah Direktur untuk menghubungi Pemadam Kebakaran Pusat dan tim penyelamat udara
    • Root cause: kondisi cuaca buruk - alam. Tidak ada yang dapat menentang atau pun mengendalikan alam

3. Saat aliran udara semakin tinggi, mesin pembuat salju tidak dapat dikendalikan, sedangkan fokus Pilot pada keseimbangan helikopter. Sling berputar kuat sehingga mesin salju menghantam gedung dan jembatan. Laju helikopter tidak terarah dan saling menabrak

    • Root cause: Persiapan Pilot yang kurang, yakni data dari badan metereologi, sebelum terbang. Di lain pihak, kurangnya kecepatan pengambilan keputusan untuk segera turun, begitu terjadi perubahan kepadatan aliran udara

4. Pada kejadian, incipient phase dan flame spread phase terjadi sangat cepat disebabkan inisiasi awal berupa ledakan dan runtuhnya bangunan. Tidak berfungsinya alat pemadam kebakaran dan banyak media yang mudah terbakar mendukung terjadinya rollover. Di beberapa tempat, bahkan sudah terjadi flashover.
    • Fase kebakaran dalam ruangan:
      1. Fase awal / Incipient Phase
        • suhu melebihi 38 derajat Celcius
        • gas panas meningkat
        • Oksigen meningkat +- 20% oksigen
      2. Fase penyebaran api / Flame Spread Phase
        • suhu meningkat : 700 derajat Celcius
        • akumulasi panas dibagian atas (dinding / atap)
        • Suplai oksigen menurun
      3. Fase meleleh / Hot Smoldering Phase
        • Oksigen dibawah 15% 
        • Temperatur ruangan sangat tinggi
        • kadar CO dan karbon dapat menyebabkan backdraft
      4. Fase Pra Backdraft / Pre Backdraft
        • oksigen rendah
        • panas tinggi
        • fase meleleh
        • konsentrasi uap bahan bakar tinggi
      5. Kebakaran sempurna / Steady State
        • Oksigen tinggi
        • peningkatan api
        • thermally balanced
      6. Backdraft
        • proses pembakaran material dalam ruangan, dimana oksigen kurang mencukupi untuk mendukung tercapainya pembakaran sempurna
        • ketika pintu ruangan terbuka, oksigen masuk, terjadi penyemburan api dari dalam ruangan ke luar pintu dikarenakan ruangan tekanan negatif
      7. Rollover
        • asap dan api menggulung/menutupi sepanjang atap hingga batas dinding
      8. Flashover
        • penyalaan dan panas dengan sedikit asap 


5. Ruangan yang dipenuhi dengan reruntuhan dan orang-orang yang panik, serta lambatnya informasi dari ruang Komando, mengakibatkan orang-orang tidak tahu apa yang harus dilakukan dan dihindarkan

  • Kepanikan mengarah pada pengabaian hal mendasar: TIDAK MENAIKI LIFT saat ada bencana alam, termasuk kebakaran dan gempa
    • konveksi panas tinggi dari kabin ke partisi lift sehingga partisi melelehkan bahan isolator: sol sepatu, juga kulit manusia
    • kabel dan sling lift terbakar, terjadi penghentian sebelum lift jatuh. jatuhnya lift menimbulkan gelombang udara sehingga dihasilkan ledakan besar
    • kepanikan menghilangkan pengetahuan dalam evakuasi diri. tidak ada satupun regu penyelamat gedung yang mengarahkan ke pintu/tangga darurat
    • Lift yang didesain untuk tahan api hanya mampu menahan selama 1 jam atau sebagai evakuasi pertama sebelum alarm kedua berbunyi

6. Tidak adanya panduan penyelamatan untuk gedung tinggi. Jalur evakuasi yang minim sehingga menyulitkan akses. Serta tidak adanya petunjuk arah ke pintu EXIT


7. Ketidakseimbangan perbandingan antara luas bangunan dengan ketersediaan fasilitas pemadaman  dan keselamatan

8. Minimnya saluran komunikasi, sehingga pihak luar tidak dapat mengetahui keadaan dimasing-masing lantai

9. KUNCI UTAMA: KEKUATAN FORMASI TEAM PEMADAM KEBAKARAN
    • meski dengan jumlah anggota terbatas, mereka tetap mengusahakan menerjang pusat api
    • pertahanan formasi, kerjasama team, dan kecepatan mengambil keputusan tepat
    • sebagai PEMIMPIN, bertanggung jawab penuh terhadap keselamatan anggota, bukan diri sendiri
    • solusi: mengarahkan pembukaan air ke titik pusat dan membuat ventilasi besar agar arah api tertuju ke sumber udara
10. Di sisi lain, dalam ruang pusat komando, Presiden membuat keputusan salah, tanpa menerima masukan dari teamnya dengan mengaktivkan dinding penahan api
    • dinding terbuat dari titanium, dimana untuk meledakkannya orang-orang harus berada jauh dari tempat itu
11. Dari ruang pusat komando, kepentingan manajemen utama tidak selamanya selaras dengan kepentingan pihak keselamatan. Tanpa mengirimkan regu bantuan lain dan memperhitungkan keselamatan tim yang bertugas, Direktur lebih mengutamakan keselamatan 10 orang tamu VIP

    • Tidak semua orang dapat diselamatkan.....tetapi yang prioritas harus didahulukan
    • jalur komunikasi harus tetap aktif
12. Kondisi bangunan yang mulai rapuh, menyebabkan peretakan dan runtuhan dinding secara masif

13. Konveksi panas secara tinggi menyebabkan besi bangunan yang mulai mencair jika ada paparan suhu tinggi. Dalam waktu singkat, baja dapat meleleh seperti gula. Hal ini dikarenakan intensitas lapisan semen, fusibel dari semen konvensional

14. Manager Dapur melihat adanya harapan hidup melalui alat derek yang tergantung. Dengan bantuan bersama, mereka mengayunkan alat derek menghantam bangunan sehingga dapat jatuh

15. TIDAK SEMUA ORANG BERSEDIA MEMPERTARUHKAN NYAWA MEREKA DEMI ORANG LAIN. Itulah tugas mulia Regu Penyelamat: Pemadam Kebakaran

16. Pada jembatan penghubung, Kapten dan 1 anggota melihat potensi keretakan pada kaca. Mereka mendeteksi tingkat kerapuhan kaca untuk membuka jalan.
    • membuat tekanan menyebar pada segala arah, sehingga tidak terfokus pada 1 titik yang mengakibatkan tekanan lebih besar
    • berjalan perlahan dan tidak berlari. P = F/A. semakin tinggi gaya (termasuk graviti dan masa/berat) yang diberikan dan kecilnya luas permukaan (luas permukaan sepatu=luas pijakan), maka akan semakin tinggi tekanan yang dihasilkan
    • Petugas Penyelamat memiliki PENGETAUHAN dan PENGALAMAN KHUSUS, jadi IKUTILAH INSTRUKSI MEREKA
    • kepanikan dan kecerobohan satu orang berdampak pada keselamatan orang lain

17. Di ruang Pusat Komando, team menelusuri situasi dengan membaca software simulasi runtuhnya bangunan. 

    • Deputi Pemadam: mengeluarkan air pada Danau Neraca Air di lantai atas: volume 800 ton untuk meningkatkan pemberatan pada bangunan bagian bawah sehingga waktu bangunan untuk runtuh diperpanjang
    • Pendapat Ahli Bangunan: mereka justru akan mengalami hadangan dari kobaran api karena itu adalah pusat dari bangunan, sangat sedikit orang di dalamnya.
18. Dengan pertimbangan lain, keputusan untuk meruntuhkan gedung pun dilakukan. Regu penyelamatkan dikerahkan untuk menanamkan bom peledak.
    • Di pihak lain, Manager Keamanan mencoba untuk membuka jalan penyelamatan lain melalui tunnel lift. setiap 10 lantai, bangunan memiliki alat pengolah tahanan lift
    • Peruntuhan mempertimbangkan pembuangan limbahan struktur terdekat dengan membuka aliran air dari sistem penampung air hujan
 



Kesimpulan: 
  1. Keselamatan merupakan tanggung jawab semua pihak, bukan pihak Keamanan saja
  2. Jajaran managemen wajib patuh pada standar peraturan keselamatan yang berlaku. Pengabaikan terhadap hal kecil akan berdampak pada kerugian besar
  3. Pentingnya dilakukan simulasi bencana dan komunikasi bahaya pada setiap pekerja yang terlibat
  4. Pentingnya dibangun team managemen penanggulangan bencana



Saya berharap dan sangat berterima kasih atas saran dan masukan yang diberikan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar