“Enthusiasm is the electricity of life. How do you get it? You act enthusiastic until you make it a habit.”
“The only way we could remember would be by constant re-reading, for knowledge unused tends to drop out of mind. Knowledge used does not need to be remembered; practice forms habits and habits make memory unnecessary. The rule is nothing; the application is everything.”
“Sow a thought, and you reap an act;
Sow an act, and you reap a habit;
Sow a habit, and you reap a character;
Sow a character, and you reap a destiny.”
Saya memilih ketiga quotes diatas, bukan karena kata-katanya yang indah, tetapi ada penghubung yang merangkai ketiga kutipan tersebut menjadi suatu kesatuan:
"MEMBENTUK BUDAYA KESELAMATAN DAPAT DIMULAI DENGAN MEMBANGUN SUATU ANTUSIASME YANG DITERAPKAN SETIAP SAAT DAN MENJADIKANNYA SUATU KEBUTUHAN / TUJUAN"
Oleh karena itu, agar setiap orang menjadikan HSE sebagai kebutuhan, mereka harus mendapatkan informasi/pengetahuan tersebut, salah satunya melalui pengenalan awal: safety induction.
Induksi keselamatan merupakan proses transfer pengetahuan mengenai K3 dasar kepada setiap karyawan baru atau tamu yang pertama kali memasuki kawasan yang memiliki potensi bahaya. Tujuannya adalah agar mereka mampu menilai dan memperhitungkan bahaya dan risiko apa saja yang terdapat di area kerja dan memiliki kemampuan mengambil keputusan secara cepat jika melihat adanya bahaya yang berpotensi mencelakakan.
Kewajiban diadakan induksi keselamatan terdapat di UU No.1 Tahun 1970 Bab V:Pembinaan, Pasal 9:
1. Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang:
a. kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul dalam tempat kerjanya
b. semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat kerjanya
c. alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan
d. cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya
2. Pengurus hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja yang bersangkutan setelah ia yakin bahwa tenaga kerja tersebut telah memahami syarat-syarat tersebut diatas
3. Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan pemberantasan kebakaran serta peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan.
Mengapa harus mengkomunikasikan perihal K3?
Organisasi profesional K3 di Amerika Serikat: IASP menetapkan 8 prinsip yang menjadi landasan pengembangan K3:
1. K3 adalah tanggung jawab moral/etik
- untuk memenuhi keselamatan sesama manusia. Masalah K3 merupakan bagian dari tanggung jawab sosial setiap pelaku usaha
2. K3 adalah budaya, bukan sekadar program
3. K3 adalah tanggung jawab managemen
- sebagai pengusaha, perusahaan bertanggung jawab terhadap semua aktivitas usaha, termasuk aspek K3 yang timbul dari proses atau aktivitas operasi
4. Pekerja harus dididik untuk bekerja dengan aman
- K3 tidak timbul sendiri pada diri pekerja atau pihak lain sehingga harus ditanamkan dan dibangun melalui pembinaan dan pelatihan. Oleh karena itu, budaya K3 mutlak harus dilakukan
5. K3 adalah cerminan sumber ketenagakerjaan
- jika kinerja K3 baik, dapat dipastikan bahwa kondisi ketenagakerjaan dalam perusahaan juga berjalan baik dan sebaliknya
6. Semua kecelakaan dapat dicegah
- jika penyebab kecelakaan dapat dihilangkan, maka kemungkinan kecelakaan dapat dihindarkan
7. Program K3 bersifat spesifik
- K3 harus berdasarkan kondisi dan kebutuhan nyata di tempat kerja sesuai dengan potensi, sehingga tidak sekedar meniru atau mengikuti arahan dan pedoman dari pihak lain
8. K3 baik untuk bisnis
- pelaksanaan K3 harus dilihat sebagai bagian dari proses produksi atau strategi perusahaan
(sumber: Soehatman Ramli, "SMART SAFETY: Panduan Penerapan SMK3 yang Efektif". Dian Rakyat:2013)
Lalu, bagaimana agar komunikasi tersebut efektif dan cepat dipahami?
Komunikasi dikatakan efektif jika pendengar memahami informasi yang disampaikan komunikan/pembicara dan terdapat timbal balik.
Dalam kesempatan mengikuti beberapa kali safety induction, acapkali masih banyak HSE yang berpikir untuk mengisi materi presentasi dengan gambar-gambar kejadian kecelakaan mengerikan. Tujuannya tak lain untuk menciptakan dan menanamkan momok menakutkan diingatan pekerja sehingga mereka ada rasa takut jika melakukan pelanggaran.
Hal tersebut tidak sepenuhnya salah, tetapi dari pandangan saya bukan hal yang efektif. Memunculkan rasa takut hanya akan berdampak sementara dan menjadi patuh jika ada pengawasaan sesaat. Selebihnya, mereka akan kembali kekondisi semula.
Bangunlah suasana yang menyenangkan dan hindari memberikan terlalu banyak teori. Perbanyak materi yang lebih aplikatif di lapangan dan solusi-solusi terhadap permasalahan yang umumnya terjadi. Pastikan terjalin komunikasi 2 arah: ada feedback dari pekerja.
Hal apa saja yang disampaikan pada Induksi Keselamatan?
Beberapa perusahaan ada yang mengadakan safety induction secara cepat (<3 jam) dan secara lama (>5jam). Saat menjadi subkontraktor untuk proyek di Pangkalan Kerinci, saya mendapatkan pengalaman bagaimana mereka melakukan Safety Campus kepada setiap orang (dari level staf dan pekerja harus mengikuti tanpa kecuali). Selama satu hari Trainer memberikan materi dasar K3 secara menyeluruh dan diakhir sesi tes. Bagi yang tidak lulus, diwajibkan untuk mengikuti kembali. Tujuannya agar mereka benar-benar mengingat apa yang presentasikan.
Bagi saya, bukan masalah mengenai seberapa lama Induksi itu dilaksanakan, tetapi apakah efektif dan tersampaikan?
Jika saya bisa memberikan masukan, menurut saya (pun yang pernah saya lakukan) masih bertele-tele dan tidak tepat sasaran. Apa yang disampaikan masih masuk telinga kiri dan kanan dan banyak pekerja yang mengantuk karena dipikiran mereka: saya tahu. Jadi, perubahan metode yang baik (menurut saya):
- ajari pekerja langsung apa itu bahaya dan risiko, kemudian ajari mereka untuk mengisi HIRARC, JSA, dan Ijin kerja yang sederhana, dan tes melalui gambar: Can you find the hazards?
- pekerja akan merasa lebih diikutsertakan dan terdapat aktivitas yang merangsang pikiran mereka
di lapangan
di kantor
2. Implementasi langsung dilapangan
- ada perusahaan otomotif, mereka melakukan induction disertai praktik, sehingga mereka tahu bagaimana jika berhadapan dan merasakan langsung risiko tersebut. sehingga apa yang kita bicarakan bukan sesuatu yang mengawang-awang
- meskipun hal ini sulit untuk diterapkan, namun salah satu yang menurut saya sangat efektif
- bagaimana jika mereka asal diberikan PPE dengan kualitas rendah dibandingkan kualitas standard - mereka dapat menilai perbedaannya - dengan ketentuan mereka bertanggung jawab atas PPE yang diberikan
3. Komunikasi dengan pihak keluarga
- tujuannya adalah mengena bagi psikologi mereka. skenario: mengetahui reaksi jika keluarga mereka diberi kabar bahwa "tulang punggung" mereka mengalami kecelakaan
- hal ini menjadi trigger bagi pekerja agar lebih berhati-hati dan waspada. tidak hanya berpikir mengenai keselamatan diri sendiri, tetapi orang yang berada di sekitarnya
Bagaimana menilai keefektifan Safety Induction?
Membangun satu budaya membutuhkan proses. Tidak hanya bisa mengandalkan Induksi Keselamatan sehingga pekerja itu langsung berbudaya K3. Namun, tidak mengecilkan hati bahwa melalui pengenalan ini mereka tahu mengapa Staf K3 sangat berupaya mengedepankan K3. Untuk menilai dapat dilakukan:
- Post test
- Penilaian melalui can't you find the hazard
- Perilaku dilapangan - bagaimana pekerja menerapkan prinsip dasar K3
Oleh karena itu, komunikasi K3 tidak terputus di Induksi, program komunikasi, partisipasi dan konsultasi melalui safety briefing, safety talk, toolbox meeting merupakan jalan lain.
Apa saja materi yang disampaikan?
Pada umumnya, isi dari materi Safety Induction antara lain:
- Visi dan Misi perusahaan
- Kebijakan K3 perusahaan dan program kerja K3
- Lokasi dan assembly point
- Jenis-jenis bahaya potensial industri
- Persyaratan APD
- JSA, ijin kerja aman dan LOTO
- Kesiapsiagaan dan tanggap darurat
- Do and Don't
Banyak pekerja yang beranggapan terlalu banyaknya form yang harus mereka isi di awal kerja. Namun, bagi seorang HSE, dokumentasi merupakan aset database yang sangat penting. Oleh karena itu, jangan ragu untuk meminta secara lengkap data diri pekerja di awal induksi, meskipun terlihat sangat merepotkan. Terutama, buatlah surat pernyataan kepatuhan dan konsekuensi sangsi yang diterima jika melakukan pelanggaran.
Sumber:
1. UU No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2. Soehatman Ramli, "SMART SAFETY: Panduan Penerapan SMK3 yang Efektif". Dian Rakyat:2013
3. www.safetycoaching.co.uk
terima kasih banyak atas artikelnya
BalasHapusthanks, sangat bermanfaat
BalasHapusSaya blm pernah diinduksi tapi hampir tiap hari keluar masuk proyek yang saya awasi dan malah ngasih arahan ke Leader K3Lnya. Gimana nih bu?? hihihi...
BalasHapusTerimakasih, menambah wawasan dan bermanfaat
BalasHapus