Selasa, 31 Mei 2016

Cerita Awal..sebagai HSE

Pada kesempatan ini saya akan membagikan pengalaman saya sebagai HSE (meskipun <1,9 tahun), baik saat di kantor maupun di lapangan. Saya harap tulisan saya ini dapat bermanfaat dan sekiranya mendapatkan koreksi dari para pakar yang membacanya. 

Menjadi seorang HSE bukanlah posisi/pekerjaan yang mudah. Dituntut untuk memahami medan kerja, disesuaikan dengan proyek yang berlangsung, HSE harus memiliki pengetahuan luas terkait semua hal itu. Oleh karena itu, tidak ada kata 'malas' untuk terus mempertajam ilmu karena ilmu HSE mencakup segala bidang: konstruksi, gedung, pertambangan, oil and gas, industri, warehouse, maintenance, dan lainnya yang diselaraskan dengan perkembangan teknologi.

Ketika di kantor, hal yang saya lakukan:
  1. Meninjau dan memperbaharui prosedur HSE dan form-form 
  2. Meninjau SOP
  3. Mempersiapkan dokumentasi untuk keperluan Pra Qualifikasi, CSMS dan HSE Plan
  4. Membuat laporan bulanan
  5. Berkoordinasi dengan HSE lainnya yang diproyek (perkembangan dan kendala yang dihadapi)

Pada 'coretan' berikutnya, saya akan coba memberikan gambaran lebih lengkap sebagai 'sharing' ilmu yang telah saya dapat.

Saat ditugaskan ke proyek, banyak hal yang diperlukan untuk 'set up' HSE. Hal-hal yang menurut saya harus diperhatikan:
  1. Mengetahui letak geografis kondisi setempat
  2. Seberapa jauh dari tempat pemukiman penduduk / daerah kota. Waktu yang ditempuh untuk sampai ke klinik dan atau rumah sakit setempat. Jika kita sebagai general kontraktor tidak menyediakan klinik, semestinya kita menjalin kerja sama dengan RSUD atau Klinik setempat untuk memudahkan penanganan klinis secepatnya
  3. Site drawing Meskipun ini bukanlah tanggung jawab sepenuhnya dari seorang HSE, namun HSE dapat memberikan masukan terkait tata letak: site office, toilet, workshop, parkir, gudang. Hal ini memperhitungkan apakah batasan area Proyek berseberangan/berdekatan dengan area existing yang sudah ada.
  4. Periksa kelengkapan surat alat berat yang datang. SIO Operator dan Ijin Pengesahan Pesawat Angkat-Angkut dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Selanjutnya, lakukanlah inspeksi alat berat untuk melihat kelayakan secara fisik dan performa. 
  5. Untuk pekerjaan dengan level tinggi: welder, scaffolder, operator alat berat, radiografer (pihak ketiga), cek sertifikat. Bekerja sama dengan Supervisor terkait untuk uji skill. 
  6. Untuk peralatan: hand tools dan lifting tools. Perhatikan: sertifikat atau hasil kaliberasi. Apakah Tag masih ada / utuh. Sebelum pemakaian, lakukan inspeksi berdasarkan regulasi terkait
  7. Identifikasi periode datangnya pekerja untuk menentukan jumlah APD yang harus dipersiapkan. Untuk APD spesifik, ditentukan dengan jenis pekerjaan dan kondisi lokasi kerja. HSE dapat meminta jadwal kerja (work schedule) dari engineer.
  8. Membentuk P2K3 dan dilaporkan ke Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi setempat. Hal ini ditujukan agar mereka mengetahui bahwasanya dilokasi tersebut terdapat Proyek sehingga mereka dapat melakukan pengawasan terhadap pekerjaan yang berlangsung
  9. Mengingatkan kembali HRD untuk mendaftarkan ke JAMSOSTEK dan BPJS sebagai perlindungan jika terjadi cidera atau kecelakaan kerja atau PAK
  10. Dari drawing site dan schedule, dapat ditentukan kebutuhan sign/tanda keselamatan: poster / banner untuk diarea kerja
Dari garis besar (kesepuluh hal tersebut) dapat dibuat perencanaan untuk program kerja atau aktivitas HSE.